Monday, February 28, 2011

PURWAKARTA, RAKA - Sejumlah petani di Kabupaten Purwakarta pada musim tanam tahun 2011 ini mengaku masih berurusan dengan tengkulak lantaran minim modal. Apalagi, saat ini petani sangat membutuhkan pupuk urea dengan harga yang lebih tinggi dibanding masa tanam sebelumnya. Selain itu, petani juga terdesak oleh kebutuhan ekonomi sehari-hari.

"Modal produksi tahun ini naik karena sejumlah faktor, belum lagi menutupi kebutuhan sehari-hari. Sementara simpanan belum cukup. Satu-satunya yang bisa memberikan pinjaman kepada petani adalah tengkulak setempat," kata Wisna (40), petani Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan, ditemui kemarin.

Akibat hal itu, tambah dia, musim panen mendatang tahun ini, petani dipastikan belum dapat mendulang keuntungan besar karena tersedot untuk membayari pinjaman ke tengkulak sesuai kesepakatan ketika dibiayai modal. "Tidak sedikit petani di wilayah ini saat masa tanam seperti saat ini dibiayai oleh tengkulak atau ijon. Baru kemudian, pinjaman itu dibayar pascapanen sesuai dengan kesepakatan" katanya.

Dia menyampaikan, saat ini, dirinya menanam padi seluas empat petak, namun yang menyisakan hanya dua petak, karena dua petak lainya dipastikan habis membayar pinjaman modal ke tengkulak. "Belum ada pinjaman modal buat petani saat ini, itu sebabnya petani yang kurang modal umumnya mencari modal kesana sini meski terjerat utang," katanya.

Warso (50) petani Kecamatan Plered, mengakui bila pada masa tanam seperti sekarang banyak tengkulak yang berkeliaran berkeliaran mendatangi areal persawahan petani untuk menawari pinjaman. "Sebagian petani terpaksa menjual dini dengan kesepakatan karena sangat memerlukan, biasanya gabah basah dibeli di bawah harga patokan pemerintah (HPP) per kilogramnya," ungkapnya.

Kalau saja, sambung dia, lembaga pemerintah dapat menampung gabah petani dipastikan tingkat kerugian petani tidak terlalu besar sehingga tidak berpaling pada tengkulak atau ijon. Dia menjelaskan, petani di daerahnya sejak turun temurun jika tiba musim panen selalu ditampung tengkulak, dengan teknis memberi terlebih dulu modal dengan pembayaran pascapanen nanti. "Hal wajar jika petani saat musim panen ’gigit jari’ karena mereka terlilit utang, kalau saja pinjaman modal buat kami petani digulirkan mungkin keberadaan tengkulak dan ijon bisa dikurangi," ujarnya.

Kasi Tanaman Padi Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Purwakarta Dedi Setiadi, ketika dikonfirmasi mengatakan tidak ada istilah kurang modal dalam pertanian. Hanya saja, ia mengakui terkadang sistem ijon dilakukan petani lantaran ingin memiliki dana cepat karena kebutuhan yang tidak terprediksi. "Ini (sistem ijon) kebanyakan hanya terjadi pada petani penggarap bukan pemilik. sebab petani penggarap tidak punya agunan untuk itu," kata Dedi.

Karenanya, mengantisipasi itu, Dedi mengimbau agar petani di Purwakarta turut berkelompok dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) selain mengikuti pelatihan dan kegiatan untuk kesejahteraan petani. "Antaralain  ada contoh pengembangan usaha agribisnis pertanian (PUAP) dan petani juga bisa usaha non pertanian ataupun olahan hasil tani. Ada juga kredit usaha rakyat dan lainnya," sebut Dedi Setiadi. (rif)

No comments:

Post a Comment